Langsung ke konten utama

Cerita Ayah Ke Mauludan

Cetak Roll Banner, XBanner, Spanduk, Backdrop, Photo Paper, Kanvas, Bendera
CERITA AYAH KE MAULUDAN

Seperti biasanya setelah sembahyang Ashar aku dan adikku kembali mendengarkan cerita ayah. Pada waktu itu ayah pergi ke tempat Mauludan dengan K.H. M. Rafi. Di tempat tersebut ayah ber­sama kawan-kawannya ikut memeriahkan dengan memukul rebana. Perayaan itu berlangsung se­malam suntuk. Ketika setiap tamu dijamu pada tengah malam, ayah dan K.H. M. Rafi dibiarkan begitu saja padahal ayah sangat lelah pada waktu itu. Rupanya saat itu merupakan suatu ujian yang cukup berat bagi ayah, padahal di tengah malam butajauh kemana-mana, sangat sulit untuk men­cari makanan.
Dengan sakit dan iba ayah memandang pada K. H. M. Rafi yang tampak amat lapar, sehingga dalam hatinya berjanji bahwa kelak kalau Tuhan mengizinkan ayah menjadi seorang yang berada, tidak akan membiarkan orang lain menjadi sangat menderita kelaparan seperti yang dialaminya. Ke­esokan harinya, masih sangat pagi sekali ayah pamit untuk kembali pulang. Dengan mengambil jalan pintas yaitu melalui hutan ayah kembali ke tempat tinggalnya. Di sepanjang jalan K.H. M. Rafi hanya memunguti buah kayu untuk meng­ganjal rasa lapar bahkan dibungkusnya dalam sarung sebagai bekal.
Sekonyong-konyong tidak jauh dari hutan itu suara yang memanggilnya. "Nak, kemari .. .. mampirlah ke gubug, Nenek dan kakek akan mengadakan sukuran." Tan pa ragu ayah dan K.H. M. Rafi mengikuti nenek untuk sekedar mampir ke rumahnya. Di tengah ruangan rumah sudah ter­sedia makanan dan minuman. Atas permintaan Ne­nek dan Kakek, ayah membacakan doa-doa seba­gai tanda syukur kepada Tuhan. Ketika akan pa­mit ayah dibekali makanan oleh nenek yang baik itu. Dengan penuh terima kasih dan gembira ayah kembali pulang.
"Anakku .... ", ayah mengakhiri ceritanya ... .Tuhan akan senantiasa memberikan rahmatnya pada kepada orang yang sabar. Karena Tuhan mengetahui se­gala perbuatan umatnya, karenanya kita harus bersikap jujur, melaksanakan apa yang benar dan menjauhi larangannya. Bila kita merasa sakit karena orang lain, janganlah kita dendam, tapi serahkanlah kepada-Nya. Insya Allah orang yang senantiasa dekat pada Tuhan akan senantiasa diselamatkan Dunia dan Akhirat.
Mendengar semua ini keharuan menyelimuti diriku, hingga dihatiku berkata" ... hm ..... aku bang­ ga dengan ayahku, seorang ayah yang berjiwa be­sar, berwatak mulia, terbuka, murah hati dan suka menolong sesama umat manusia, Bahkan bila se­orang tamu datang dengan membawa bingkisan kami tidak diperbolehkan membukanya sebelum tamunya disiapkan hidangan seadanya."
Baca Selanjutnya  Aku Menjadi Gadis Desa
Postingan Terbaru

Komentar

Copyright © History Waliyullah. All rights reserved.