Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Jalan Hidup Kaum Sufi

Berfikir tentang Diri Sendiri

Berfikir tentang Diri Sendiri Berfikirlah ! Allah Swt. berfirman (yang artinya) "Bukankah telah datang kepada manusia satu waktu dari masa, sedangkan ia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut." QS. Al Dahr:1). Renungkanlah bagaimana keadaanmu. Ambil pelajaran atas dunia yang telah lewat, apakah masih ada yang tersisa. Kalau sekarang ada yang tersisa, itupun sama dengan yang telah berlalu, yaitu sama-sama dari air dan dicipta dengan air. Rasulullah saw. bersabda, "Di dunia ini tidak ada yang tersisa kecuali balak dan fitnah." Nabi Nuh as. pernah di tanya, "Bagaimana kamu menemukan dunia, hai Nabi yang umurnya paling panjang?" Ia menjawab, "Saya menemukan dua pintu. Saya masuk dari pintu yang satu dan keluar dari pintu yang lain." Berfikir adalah pangkal kebaikan. Ia merupakan cermin yang dapat memperlihatkan kebaikan dan keburukannmu. Dalam kitab Dalil Al Thalib ila Nahayah Al Mathalib, Syekh bin Ali bin Al Sakin berkata

Keselamatan, Uzlah dan Beribadah

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala Puji bagi Allah Tuhan Sekalian Alam, Shalawat dan Salam tercurah keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW.  Materi kuliah kali ini yaitu tentang Keselamatan, Uzlah dan Beribadah. Keselamatan Carilah keselamatan! Semoga orang yang mencarinya menemukannya. Tentu lebih mengherankan jika ada orang lebih memilih mencari musibah. Di zaman sekarang ini, keselamatan benar-benar merupakan kemuliaan. Keselamatan terdapat dalam khumul (menyembunyikan diri dan tidak memilih menjadi orang yang dikenal, padahal ia orang yang sangat alim dan cakap. Orang yang khumul tetap hidup di masyarakat ramai, tetapi ia menyamarkan penampilannya supaya tidak dikenal orang). Jika keselamatan tidak dalam khumul, maka uzlah (mengasingkan diri di tempat yang sepi) adalah pilihannya dan uzlah memang tidak seperti khumul. Jika tidak bisa 'uzlah, maka diam bisa jadi gantinya. Diam memang tidak sama dengan 'uzlah. Jika diam tidak membahayakannya,

Puasa, Zakat dan Haji

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Melanjutkan Kuliah tentang jalan hidup kaum sufi, sekarang akan di jelaskan tentang Puasa, Zakat dan Haji. Puasa Jika kamu berpuasa, maka dengan puasamu niatkanlah untuk menahan nafsu dari syahwat. Sesungguhnya puasa merupakan peleburan kehendak nafsu. Dalam puasa terdapat kejernihan hati, pengurusan tubuh, ingat untuk berbuat baik kepada kaum fakir, berpaling ke hadirat Allah, bersyukur atas keutamaan-keutamaan yang telah diberikan Allah, dan meringankan hisab. Kenikmatan Allah dengan memberimu taufiq sehingga kamu mampu berpuasa adalah lebih agung daripada syukurmu atas kenikmatan itu. Kamu janganlah menuntut ganti atas puasamu. Zakat Setiap anggota badan wajib dizakati. Zakatnya hati adalah berfikir, yaitu memikirkan keagungan Allah, hikmah-hikmah-Nya, kekuasaan, hujjah, nikmat, dan rahmatNya. Zakatnya mata adalah digunakan untuk memandang alam dengan mengambil pelajaran darinya dan menjauhkannya dari pandangan bersyahwat.

Ruku’, Sujud, Tahiyat, Salam dan Berdoa

Ruku’ Ruku’lah seperti ruku’nya orang yang khusyu’ kepada Allah, yaitu orang yang hatinya senantiasa tunduk kepada Allah, sehingga tubuhnya ikut menunduk. Ruku’lah dengan sepenuh ruku’, dan jaga perasaanmu dari perasaan telah menjalankan perintahNya. Kamu sebenarnya tidak mampu menunaikan kewajibanNya kecuali dengan pertolonganNya. Kamu juga tidak akan mampu menggapai kampung yang diridlaiNya kecuali dengan rahmatNya. Kamu juga hakikatnya tidak mampu mencegah dari berbuat maksiat kecuali dengan pemeliharaanNya. Kamu juga tidak bisa selamat dari siksaNya kecuali dengan ampunanNya. “Tidak seorang pun yang bisa masuk surga dengan amalnya,” kata Rasul. “Tidak juga engkau, ya Rasul?!” tanya para sahabat. “Tidak juga saya. Hanya saja Allah telah menggenangi saya dengan rahmatNya,” jawab beliau. Sujud Sujudlah kepada Allah seperti sujudnya orang yang tawadlu’ dan alim. Sujud orang seperti ini mengandung kesadaran bahwa dirinya diciptakan dari tanah yang setiap hari diinjak-

Keluar Rumah, Memasuki Masjid

Keluar Rumah Jika kamu keluar rumah menuju masjid, maka ketahuilah bahwa Allah mempunyai hak atas dirimu yang wajib kamu penuhi. Dari hal itu ketenangan, kewibawaan, dan mengambil pelajaran dari makhluk-makhluk Allah, yang baik maupun yang buruk, harus kamu lakukan. “Dari perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al Ankabut: 43). Oleh sebab itu, tutuplah pandanganmu dari melihat sesuatu yang melupakan dan syahwat. Sebarkanlah salam, baik salam pertama maupun salam jawaban. Tolonglah orang yang minta tolong kepadamu jika urusannya adalah kebenaran. Perintahkanlah kebaikan dan cegahlah kemungkaran jika engkau memang mampu, dan berilah petunjuk orang yang sesat. Memasuki Masjid Jika telah sampai di depan pintu masjid, maka ketahuilah bahwa yang kamu tuju adalah “rumah" Dzat Maha Raja Yang Maha Agung. Tidak ada yang bisa menghadap kecuali orang yang suci dan tidak ada yang bisa naik

Syukur, Pakaian, Bangun Tidur, Siwak, Merias Diri, Bersuci

Syukur Dalam setiap nafas ada nikmat Allah. Engkau merasakan nikmat itu jika engkau senantiasa mensyukurinya. Tingkatan syukur yang paling rendah adalah mengakui seluruh nikmat dari Allah, ridla atas apa yang telah diberikanNya, dan tidak mempertentangkannya. Kesempurnaan syukur adalah meng­akui dengan lidah sirr atau lidah rahasia yang menyatakan bahwa seluruh makhluk tidak mampu mensyukuri nikmat Allah yang paling kecil pun, walaupun ia telah berusaha keras. Mengapa demikian? Karena bersyukur itu sendiri juga nik­mat Allah. Taufiq yang mendorong seorang hamba untuk bisa bersyukur juga nikmat. Kemudian ia menjalankan syukur dan syukur yang dijalankan itu juga nikmat. Mensyukuri syukur juga nikmat. Mensyukuri syukur atas syukur-syukur yang ba­nyak wajib dilakukan, dan kemampuan ini juga nikmat. Karena itu, kamu wajib senantiasa bersyukur atas seluruh nikmat Allah yang tidak ada batasnya. Jika Allah telah menguasakan ma'rifat kepada seorang hamba, syukur akan memanggulnya,

Jalan Orang-Orang Ma'rifat

JALAN ORANG-ORANG MA’RIFAT Segala puji bagi Allah, Dzat Yang telah menerangi hati orang-­orang ma'rifat dengan berdzikir kepadaNya, menggerakkan lidah mereka dengan mensyukuri nikmatNya, dan memak­murkan organ-organ tubuh mereka dengan berkhidmah kepa­daNya. Mereka ini adalah taman surga manusia yang tempat gembalaan mereka Di kebun-kebun ahli ma'rifat itu, orang-orang menumpahkan cinta mereka. Allah selalu menyebut-nyebut me­reka dan mereka menyebut-nyebut Allah. Alalh mencintai me­reka dan mereka mencintai Allah. AJlah meridlai mPreka dan mereka ridla kepada Allah. Modal ma'rifat mereka adalah kefakiran. Menejemen me­reka adalah getaran hati karena mengingat Allah. Ilmu mereka adalah obat penghapus dosa. Ma'rifat mereka adalah obat hati. Mereka adalah lampu-lampu yang memancarkan hujjah-hujjah Allah. Mereka adalah kunci. Kunci pembuka gudang-gudang hikmah Allah. Imam mereka adalah rembulan yang bersinar terang dan panglima mereka adalah cahaya, dan dia itu adal
Copyright © History Waliyullah. All rights reserved.