Langsung ke konten utama

Postingan

Kisah Mendatangkan Nabi Khidir AS.

Kisah Seorang Raja Mendatangkan Nabi Khidir AS. Pada suatu malam seorang Raja bengis di Turkestan sedang mendengarkan kisah-kisah yang disampaikan oleh seorang sufi. Tiba-tiba sang Raja bertanya tentang Nabi Khidir. “Khidir,” kata sufi itu, “Datang kalau diperlukan. Tangkaplah jubahnya kalau ia muncul, maka segala pengetahuan akan menjadi milik Baginda.” “Apakah itu bisa terjadi atas siapapun ?” “Ya, siapapun bisa,” kata sufi itu. “Siapa pula lebih bisa dariku ?” pikir Sang Raja. Sang Raja sangat ingin bertemu dengan Nabi Khidir, seperti diceritakan sang sufi, ia ingin menangkap jubahnya agar memperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Apa yang dilakukan oleh sang Raja? Ternyata ia kemudian mengedarkan pengumuman bunyinya demikian: “Siapa yang bisa menghadirkan Khidir Yang Ghaib di hadapanku, akan kujadikan orang kaya.” Kabar itu segera tersebar ke seluruh pelosok negeri. Al-kisah, seorang lelaki miskin dan tua bernama Bakhtiar Baba mendengar pengumuman itu.

Kisah Abul Qasim Al Junaid Belajar Keyakinan

Kisah Abul Qasim Al Junaid Belajar Keyakinan Abul Qosim al Junai Ibnu Muhammad al Khazzaz al Nihawandi (Junaid al Baghdadi) adalah anak dari seorang pedagang barang pecah belah dan keponakan dari Sarri as Saqathi. Ia merupakan pemimpin sebuah mazhab yang besar dan berpengaruh. Ia wafat di Baghdad pada tahun 298 H/910 M. Belajar Keyakinan dari Seorang Pemangkas Rambut "Aku belajar keyakinan yang tulus dari seseorang pemangkas rambut," kenang Junaid, dan ia pun mengisahkan cerita berikut ini. Suatu kali, saat aku ada di Makkah, seorang pemangkas rambut tengah mencukur rambut seorang lelaki terhormat. Aku berkata pada, "Demi ALlah, dapatkah engkau memangkas rambutku?" "Ya tentu saja," katanya sambil bercucuran air mata; ia tidak menyelesaikan pekerjaannya terhadap lelaki terhormat itu. "Berdirilah," katanya. "Saat nama Allah di ucapkan, yang lain harus menunggu." "Ia pun mendudukanku, mencium kepalaku, dan mencukur

Klasivikasi Ilmu

Klasivikasi Ilmu Ketahuilah bahwa ilmu terbagi menjadi dua: pertama adalah (1) ilmu syar’i dan (2) ilmu akal. Kebanyakan ilmu syar’i bersifat rasional bagi yang ahli ilmu, dan kebanyakan ilmu rasional juga bersifat syar’i bagi orang yang ahli ma’rifat. “Dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, maka ia tidak mempunyai cahaya [sedikitpunj.” (QS. Al Mur: 40). Ilmu Syar’i Ilmu ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu ilmu pokok dan ilmu cabang. Ilmu pokok atau ilmu dasar adalah ilmu tauhid. Ilmu ini memandang Dzat Allah, sifat-sifatNya yang qadim, sifat-sifat perbuatanNva, dan sifat-sifat DzatNya dengan nama-nama yangtelah diperkenalkan olehNya. Ilmu ini juga merenungkan keadaan para Nabi, para pemimpin dan para sahabat, di samping juga memikirkan keadaan maut, kehidupan, kiamat, hari kebangkitan, padang mahsyar, dan perhitungan akhir. Orang yang “melihat” Allah dan ahli ilmu syar’i pertama kali berpedoman ayat-ayat Al Quran, kemudian hadis-hadis Rasulullah saw., dan

Cara Mendapatkan Ilmu

Cara Mendapatkan Ilmu Ketahuilah bahwa ilmu manusia (kemanusiaan) diperoleh melalui dua cara: pertama dengan cara ta’allum insani (belajar melalui perantaraan manusia) dan kedua dengan cara ta'allum rabbani (belajar secara langsung kepada Tuhan). Cara pertama: mendapatkan ilmu dengan cara yang pertama adalah cara yang diatur berdasarkan aturan-aturan atau undang-undang yang dibuat manusia, dan langkah-langkah dan prosesnya bisa diindra. Tekniknya dengan mendekati para cerdik cendekia. Adapun cara ta'allum rabbani adalah cara yang ditempuh dengan melalui dua arah. Pertama dari arah luar, yang ditempuhnya dengan belajar, dan kedua adalah dari arah dalam yang diperolehnya dengan aktif berpikir. Berpikir yang diproses dari dalam jiwa kedudukannya seperti belajar yang bersifat kasatmata. Belajar adalah proses pengambilan manfaat dari diri yang bersifat juz’iy (bagian). Berpikir adalah proses pengambilan manfaat jiwa dari jiwa yang bersifat kulli (menyeluruh). Jiwa yang kul

Tata Tertib Jiwa Untuk Memperoleh Ilmu Ladunni

Tata Tertib Jiwa Untuk Memperoleh Ilmu Ladunni Ketahuilah bahwa ilmu dipusatkan dalam jiwa manusia dan semuanya menerima segala ilmu. Gagalnya jiwa dari mendapatkan ilmu disebabkan sesuatu dari luar yang mendatangi jiwa. Hal ini diisyaratkan Rasulullah saw. dalam sabdanya: "Manusia diciptakan dalam keadaan hanif (lurus/muslim),lalu setan memperdaya mereka Beliau juga bersabda: Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrahSifat dasar jiwa siap menerima bentuk-bentuk yang rasional dengan kekuatan kesuciannya yang asli dan karakter dasarnya. Akan tetapi, ketika turun di dunia, sebagian jiwa menjadi sakit, sehingga sebab sakitnya ini, jiwa tersebut terhalangi untuk bisa melihat berbagai hakikat. Sebagian jiwa yang lain tetap dalam keadaan sehat seperti aslinya, tidak berpenyakitan juga tidak rusak. Jiwa yang seperti ini selamanya hidup dan selalu siap menerima ilmu. Jiwa yang sehat adalah jiwa nubuwah yang mampu menerima wahyu dan diberi kekuatan untuk memperlihatkan mukjiza

Hakikat Ilmu Ladunni dan Sebab-sebab Perolehannya

Hakikat Ilmu Ladunni dan Sebab-sebab Perolehannya Ketahuilah bahwa ilmu ladunni adalah berjalannya cahaya ilham. Ia terjadi setelah jiwa mengalami kesempurnaan, sebagaimana yang difirmankan Allah swt.: “Dan demi jiwa serta penyempurnaannya.” (QS. Al Syams: 7). Jiwa yang demikian kembali dengan tiga hal. Pertama, menghasilkan semua ilmu dan mengambil bagian lebih banyak. Kedua, latihan batin yang benar dan muraqabah (selalu merasa dirinya diawasi Allah) yang tepat. Nabi saw. menunjukkan hakikat ini dengan bersabda: l'Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, maka Allah mewariskan [nya] ilmu yang belum diketahuinya.” Ketiga, berpikir. Jika jiwa belajar dan melakukan latihan spiritual dengan ilmu, kemudian memikirkan apa yang telah -diketahuinya dengan memenuhi syarat-syarat berpikir, maka dibukakan padanya pintu gaib. Ini seperti pedagang yang membelanjakan hartanya dengan memenuhi syarat-syarat perdagangan, maka akan dibukakan untuknya pintu-pintu keuntungan. Jika

Jiwa dan Ruh Manusia

Mengenal Jiwa dan Ruh Manusia Ketahuilah bahwa Allah menciptakan manusia dari dua unsur yang berbeda. Pertama, jasad yang gelap dan tebal, dibawah instruktur alam, tersusun dari tanah, dan tidak bisa sempurna kecuali dengan kehadiran unsur lain. Kedua, jiwa yang bersifat individual, menyinari, mengetahui, melaksanakan, menggerakan, dan menyempurnakan tubuh. Allah menciptakan tubuh dari sari-sari makanan, merawatnya dengan unsur-unsur debu, meratakan dasar-dasarnya, menyempurnakan pilar-pilarnya, menentukan ujung-ujungnya, dan menampakkan permata jiwa dari Yang Satu, Yang Sempurna, Yang Menyempurnakan, dan memberi faidah. Saya tidak mengartikan jiwa yang kuat adalah kuat mencari makanan, juga bukan kuat menggerakkan syahwat dan nafsu amarah, juga bukan kuat yang diam dalam hati yang melahirkan kehidupan dan menggerakkan indra. Gerakan berasal dari hati, kemudian mengalir ke seluruh organ tubuh. Kekuatan yang melahirkan gerakan ini dinamakan ruh hewan. Indra, gerak, syahwat,
Copyright © History Waliyullah. All rights reserved.