Langsung ke konten utama

Postingan

Malik Bin Dinar (Si Anak Uang Emas)

Malik Bin Dinar (Si Anak Uang Emas) Malik bin Dinar al-Sami adalah putera seorang budak berbangsa Persia dari Sijistan (Kabul) dan menjadi murid Hasan al-Bashri. Ia terhitung sebagai ahli Hadits Shahih dan merawikan Hadits dari tokoh-tokoh kepercayaan di masa lampau seperti Anas bin Malik dan Ibnu Sirin. Malik bin Dinar adalah seorang kaligrafer (penulis) Al-Qur'an yang terkenal. Ia meninggal sekitar tahun 130 H/748 M. AWAL JULUKANNYA Ketika Malik dilahirkan, ayahnya adalah seorang budak tetapi Malik adalah seorang yang merdeka. Orang-orang mengisahkan bahwa pada suatu ketika Malik bin Dinar menumpang sebuah perahu. Setelah berada di tengah lautan, awak-awak perahu rneminta: “Bayarlah ongkos perjalananmu!”. “Aku tak mempunyai uang”, jawab Malik. Awak-awak perahu memukulinya hingga ia pingsan. Ketika Malik siuman, mereka menagih ongkos lagi: “Bayarlah ongkos perjalananmu!”. “Aku tak mempunyai uang”, jawab Malik sekali lagi, dan untuk kedua kalinya mereka m

Keramatnya Hasan Al Bashri

Keramat Para Sufi dan Wali Hasan bin Abil Hasan al-Bashri lahir di kota Madinah pada tahun 21 H/642 M. Ia adalah putera dari seorana budak yang ditangkap di Maisan, kemudian menjadi klien dari sekretaris Nabi Muhammad. Zaid bin Tsabit. Karena dibesarkan di Basrah ia bisa bertemu dengan banyak sahabat Nabi, antara lain,seperti yang dikatakan orang dengan tujuh puluh sahabat Nabi yan turut dalam Perang Badar. Dengan demikian ia adalah tokoh sufi yang masih sempat berguru kepada para sahabat nabi, karena itu Hasan Bashri dikenal sebagai guru besar kaum sufi, petuah-petuahnya dijadikan pegangan kaum sufi. Hasan tumbuh menjadi seorana tokoh di antara tokoh-tokoh yana paling terkemuka pada zamannya, dan ia termasyhur karena keshalehannya yang teguh. Secara blak-blakan ia membenci sikap kalangan atas yang berfoya-foya. Di kalanaan para sufi ia dimuliakan sebagai salah seoran- tokoh-tokoh suci yang terbesar pada masa awal sejarah Islam. Memang demikian, ialah yang diakui sebagai

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir

Kisah Tiga Bersaudara Mengharap Do'a Nabi Khidir Tersebutlah tiga orang dari negeri Syam atau Syria sekarang. Nama mereka sebut saja Ubay, Amar dan Hafid. Mereka bermaksud ke Mekah pada musim haji karena ingin bertemu dengan Nabi khidir AS. Nabi khidir AS konon bisa ditemui siapa saja, namun bagi orang awam di Mekah hanya dapat dicari waktu musim haji Akbar yang wukufnya jatuh pada hari Jum’at. “Berarti kita harus mencari di tengah ribuan manusia.”kata Ubay. “Itulah yang sulit,” keluh Amar. “Tapi harus kita coba, bukan ?” sahut Hafid. Keesokan harinya, berangkatlah mereka menuju tanah suci Mekah. Mereka pergi dengan bekal seadanya saja. Alangkah sulitnya perjalanan pada waktu itu. Telah dua minggu lamanya mereka berjalan kaki. Menempuh padang pasir yang luas dan gersang. Tapi belum juga sampai ke tempat yang dituju. Berbagai macam rintangan telah mereka hadapi. Bukan hanya sekedar kekurangan air dan makanan, tapi juga bahaya yang mengancam jiwanya. Ka

Kisah Mendatangkan Nabi Khidir AS.

Kisah Seorang Raja Mendatangkan Nabi Khidir AS. Pada suatu malam seorang Raja bengis di Turkestan sedang mendengarkan kisah-kisah yang disampaikan oleh seorang sufi. Tiba-tiba sang Raja bertanya tentang Nabi Khidir. “Khidir,” kata sufi itu, “Datang kalau diperlukan. Tangkaplah jubahnya kalau ia muncul, maka segala pengetahuan akan menjadi milik Baginda.” “Apakah itu bisa terjadi atas siapapun ?” “Ya, siapapun bisa,” kata sufi itu. “Siapa pula lebih bisa dariku ?” pikir Sang Raja. Sang Raja sangat ingin bertemu dengan Nabi Khidir, seperti diceritakan sang sufi, ia ingin menangkap jubahnya agar memperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Apa yang dilakukan oleh sang Raja? Ternyata ia kemudian mengedarkan pengumuman bunyinya demikian: “Siapa yang bisa menghadirkan Khidir Yang Ghaib di hadapanku, akan kujadikan orang kaya.” Kabar itu segera tersebar ke seluruh pelosok negeri. Al-kisah, seorang lelaki miskin dan tua bernama Bakhtiar Baba mendengar pengumuman itu.

Kisah Abul Qasim Al Junaid Belajar Keyakinan

Kisah Abul Qasim Al Junaid Belajar Keyakinan Abul Qosim al Junai Ibnu Muhammad al Khazzaz al Nihawandi (Junaid al Baghdadi) adalah anak dari seorang pedagang barang pecah belah dan keponakan dari Sarri as Saqathi. Ia merupakan pemimpin sebuah mazhab yang besar dan berpengaruh. Ia wafat di Baghdad pada tahun 298 H/910 M. Belajar Keyakinan dari Seorang Pemangkas Rambut "Aku belajar keyakinan yang tulus dari seseorang pemangkas rambut," kenang Junaid, dan ia pun mengisahkan cerita berikut ini. Suatu kali, saat aku ada di Makkah, seorang pemangkas rambut tengah mencukur rambut seorang lelaki terhormat. Aku berkata pada, "Demi ALlah, dapatkah engkau memangkas rambutku?" "Ya tentu saja," katanya sambil bercucuran air mata; ia tidak menyelesaikan pekerjaannya terhadap lelaki terhormat itu. "Berdirilah," katanya. "Saat nama Allah di ucapkan, yang lain harus menunggu." "Ia pun mendudukanku, mencium kepalaku, dan mencukur

Klasivikasi Ilmu

Klasivikasi Ilmu Ketahuilah bahwa ilmu terbagi menjadi dua: pertama adalah (1) ilmu syar’i dan (2) ilmu akal. Kebanyakan ilmu syar’i bersifat rasional bagi yang ahli ilmu, dan kebanyakan ilmu rasional juga bersifat syar’i bagi orang yang ahli ma’rifat. “Dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, maka ia tidak mempunyai cahaya [sedikitpunj.” (QS. Al Mur: 40). Ilmu Syar’i Ilmu ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu ilmu pokok dan ilmu cabang. Ilmu pokok atau ilmu dasar adalah ilmu tauhid. Ilmu ini memandang Dzat Allah, sifat-sifatNya yang qadim, sifat-sifat perbuatanNva, dan sifat-sifat DzatNya dengan nama-nama yangtelah diperkenalkan olehNya. Ilmu ini juga merenungkan keadaan para Nabi, para pemimpin dan para sahabat, di samping juga memikirkan keadaan maut, kehidupan, kiamat, hari kebangkitan, padang mahsyar, dan perhitungan akhir. Orang yang “melihat” Allah dan ahli ilmu syar’i pertama kali berpedoman ayat-ayat Al Quran, kemudian hadis-hadis Rasulullah saw., dan
Copyright © History Waliyullah. All rights reserved.