Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Abah Sepuh

Ayah Berpulang Ke Rakhmatullah

AYAH BERPULANG KE RAKHMATULLAH Pada tanggal 1 Januari 1956 ayah berpulang ke Rakhmatullah, dalam pengungsian di Tasikmalaya di rumahnya Bapak H. Sobari. Kutuliskan disini agar diketahui oleh anak cucu untuk mengingatkan mereka bahwa kita semua sebagai makhluk Cip­taan-Nya yang masing-masing telah ditetapkan hidupnya di dunia yang yang Fana ini, akan kembali ke pangkuan-Nya Walaupun bagaimana sayang­nya kepada orang tua, terlambat kuat kepada-Nya lahir dan bathin, namun akhirnya kita harus juga berpisah, tidak ada kekuasaan untuk menolak takdir Ilahi. Beliau telah menurunkan warisan yang sangat berharga Mutiara yang tiada tandingannya tinggi nilainya, terbungkus dalam kalbu, jasad, rokh, rasa dengan darah mengalir meresap diseluruh badan Lafadz ALLAH YANG MAHA PENCIPTA. Dan wasiatnya yang dinamakan "TANBIH'' ce­tusan, kesayangan, kecintaan dan keikhlasan beliau, memberikan pedoman hidup bagi yang ditinggalkan anak cucu dan ikhwan. Karena gangguan Gerombolanlah yang

RIADHOH (WIRID) AYAH

RIADHOH (WIRID) AYAH Wirid sehari-hari yang dilaksanakan almar­hum Syaehunna Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (ABAH SEPUH) ialah "rawa­tib" dan Shalat Sunat lainnya, diantaranya: A.     1.     Wirid shalat Rowatib sebelum shalat fardu (ba' da) yang lima waktu. a.    2 sampai 4 raka'at sebelum dan se­sudah shalat Isya b.    2 sampai 4 raka'at sebelum dan se­sudah shalat Maghrib. c.    2 san1pai 4 raka'at sebelum shalat Shubuh d.    2 sampai 4 raka'at sebelum dan sesudah shalat Dhuhur. e.    2 sampai 4 rakaat sebelum shalatAshar 2.     Sesudah matahari naik sepenggatah kira-kira pukul 06.00, sembahyang Isroq, Isti'adah dan Istikharah. 3.   Dari mulai matahari naik ± pukul 07.00, sembahyang Dhuha yang waktunya sampai pukul 11.00 sebanyak delapan raka'at. 4.     Shalat Tasbih yaitu sembahyang di waktu malam. 5.    Shalat yang merupakan sembahyang pe­nutup diteruskan dengan wirid dzikir se­banyak banyaknya dilanjutkan den

Mengungsi

MENGUNGSI Negara Indonesia sebelum kemerdekaannya dijajah oleh bangsa Belanda selama ± 350 tahun, selanjutnya oleh bangsa Jepang selama 3.5 tahun. Kemerdekaan Indonesia bukanlah suatu hadiah dari penjajah, melainkan diperoleh melalui perjuangan yang telah menelan korban kesumah bangsa, tentara, laskar-laskar dan juga pemuda pemudi ikut pula menghiasi dalam sejarah negara dan bangsa. Tidak sedikit pengorbanan yang dideri­ta baik fisik, material akibat kekejaman bangsa penjajah. Tetapi dengan semangat yang menggebu dalam diri rakyat walaupun dengan persenjataan yang sangat sederhana sekalipun mereka tak gentar untuk berani maju mere but kemerdekaan. Setelah mengarungi lauatan darah dan letusan senjata yang menggelegar disertai jeritan-jeritan yang menjadi korban, akhirnya sampailah pada apa yang kita harapkan yaitu kemerdekaan Indonesia. Selama masa perjuangan bangsa Indonesia mengalami kesukaran dan kesusahan, kepahitan dan penderitaan yang tidak sedikit. Hidup tak me­nentu, usa

Menunggu Cerita Sang Kakak

Menunggu Cerita Sang Kakak Dengan luapan kegembiraan aku beserta sau­dara-saudaraku memburu untuk menjemput mereka. Begitu inginnya aku mendengarkan kisah perjalanan mereka. Dengan sabar aku menunggu mereka hingga cukup waktu untuk mereka ber­istirahat setelah perjalanan yang melelahkan itu. Setelah mereka cukup beristirahat, Paman Abu Bakar Faqih mulai menuturkan pengalamannya yang penuh suka duka mulai dari perjalanan ke Jawa Tengah sampai tiba di Madura, kakinya sampai bengkak melepuh. Suatu kebiasaan di Bulan Maulud para ikhwan (Anak murid Ayah) mengadakan perjalanan untuk berziarah ke Makom-Makom para Wali Sanga. Kadang-kadang aku diajak ikut serta. Sebagaimana kita maklumi, bahwa dalam rangka penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa dipelopori oleh para Mubalig yang lebih dikenal dengan sebutan Wali. Para wali itu merupakan suatu Dewan yang terdiri dari 9 anggota yang oleh masyarakat kita dikenal sebutan "Wali Sanga" 1.    Maulana Malik Ibrahim di Gresik 2.    Su

Aku Menjadi Gadis Desa

AKU MENJADI GADIS DESA Aku baru saja menginjak usia 16 tahun, se­orang remaja yang sedang tumbuh mekar. Seirama dengan pertumbuhan fisik yang pesat memadai firasat kewanitaan., jiwa dan pribadikupun ber­kembangmenuju kedewasaan dan tanggungjawab. Watak polos, lugu dan tak acuh terhadap keadaan disekeliling dan terhadap diri sendiri, berubah men­jadi suatu gejolak yang ingin selalu diperhatikan orang terutama lawan jenis. Makan, mandi dan cara berpakaian yang da­hulu sering dilakukan dengan tanpa diperhatikan bahkan selalu harus dibujuk mulai ditinggalkan. Naluri kewanitaan yang peka mulai berkembang seperti keinginan mengenakan pakaian yang bagus dan indah, dengan bahan kain ke solo-soloan bersolek dan menghias diri bahkan sering kali berkhayal tentang keinginan yang bukan-bukan. Karena banyaknya tamu yang berkunjung pada ayahanda yang ingin berguru dalam hal Agama dan Ajaran Thoreqat, dengan berbagai tingkah lakunya dan berpakaian bagus-bagus terutama kaum wanitanya, maka ser

Cerita Ayah Ke Mauludan

CERITA AYAH KE MAULUDAN Seperti biasanya setelah sembahyang Ashar aku dan adikku kembali mendengarkan cerita ayah. Pada waktu itu ayah pergi ke tempat Mauludan dengan K.H. M. Rafi. Di tempat tersebut ayah ber­sama kawan-kawannya ikut memeriahkan dengan memukul rebana. Perayaan itu berlangsung se­malam suntuk. Ketika setiap tamu dijamu pada tengah malam, ayah dan K.H. M. Rafi dibiarkan begitu saja padahal ayah sangat lelah pada waktu itu. Rupanya saat itu merupakan suatu ujian yang cukup berat bagi ayah, padahal di tengah malam butajauh kemana-mana, sangat sulit untuk men­cari makanan. Dengan sakit dan iba ayah memandang pada K. H. M. Rafi yang tampak amat lapar, sehingga dalam hatinya berjanji bahwa kelak kalau Tuhan mengizinkan ayah menjadi seorang yang berada, tidak akan membiarkan orang lain menjadi sangat menderita kelaparan seperti yang dialaminya. Ke­esokan harinya, masih sangat pagi sekali ayah pamit untuk kembali pulang. Dengan mengambil jalan pintas yaitu melalui hu
Copyright © History Waliyullah. All rights reserved.