Langsung ke konten utama

Antisipasi Ajaran Sesat dan Menyesatkan

Cetak Roll Banner, XBanner, Spanduk, Backdrop, Photo Paper, Kanvas, Bendera
Sebuah Kisah manusia akhir zaman yang bertopeng agama untuk menuruti hawa nafsunya

Film: Mengaku Rasul

Sutradara: Helfi Kardit

Skenario: Taufik Daraming Tahir dan Helfi Kardit

Pemain: Jian Batari, M Ihsan Tarore, Alblen Fillindo Fabe, Ray Sahetapy, Vonny Cornellya, Hengky Tarnado, Baby Zelvia, Leroy Osmani

Genre: Drama/Religi

Produksi: Starvision

"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah yang memperoleh kemenangan" demikian surat At-Taubah ayat 20 dalam Al-Quran.

Akan tetapi, dalam perjalanan waktu, isi dari surat tersebut banyak yang disalah- artikan. Dengan dalih surat tersebut, banyak orang yang menggunakan kedok ke- Islam-annya untuk menggapai segala hasrat yang dia inginkan di dunia ini.
Al-Quran juga sudah mengantisipasi hal-hal yang sedemikian dengan menyebutkan, di saat dunia sudah mendekati hari akhir (kiamat) akan banyak orang yang mengaku sebagai Rasul.
Di Indonesia, sudah terjadi hal tersebut (orang yang mengaku sebagai Rasul). Orang-orang yang berdalih seperti ini adalah orang-orang beraliran sesat. Orang-orang seperti ini dikategorikan sebagai orang kafir yang ingin mencabut keimanan seseorang yang jiwanya masih labil seperti kaum muda atau orang-orang yang pendidikannya rendah sehingga mudah dikelabui.
Sebagai bekal menghadapi ajaran sesat seperti itu agar tidak terjadi lagi, jalan satu-satunya yang harus dimiliki setiap manusia adalah mempertebal keimanan dengan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dari sisi lain, Starvision, mengajak seluruh umat beragama, khususnya yang menganut agama Islam, untuk mengantisipasi terhadap fenomena aliran sesat dengan meluncurkan film terbarunya dengan genre drama/religi berjudul Mengaku Rasul.
Sebagaimana yang dijelaskan produser film tersebut Chand Parwez Servia, film ini sekaligus memberikan pencerahan terhadap keimanan seluruh masyarakat, khususnya generasi muda. Sebab, belakangan ini, kata dia, fenomena mengenai aliran sesat marak terjadi bukan saja di Tanah Air, melainkan juga di luar negeri.
"Semoga dengan adanya film Mengaku Rasul ini dapat memberikan pencerahan rohani terhadap masyarakat akan bahayanya aliran sesat," ujar dia.
Meskipun tidak melibatkan secara langsung sebagai pemainnya, film ini juga menampilkan kotbah-kotbah dari beberapa ustadz terkemuka, seperti Ustadz Jefri Al Bukhori dan Ustadzah Hj.Yumma Abu Bakar.
Sementara itu, aktor kawakan Ray Sahetapy mengaku puas dan bangga menjadi pemeran utama sebagai Guru Samir. "Saya berharap, penonton puas melihat film yang bernuansa religi islami ini," ujar dia.
Film ini melibatkan banyak pemain dan ratusan figuran. Bahkan untuk menambah kereligian film ini, ilustrasi musiknya dikerjakan oleh Tyo Subiakto dan original soundtrack oleh Opick.


Kemunafikan
"Akulah sang imam yang dijanjikan sebelum hari kiamat datang membakar bumi. Akulah pembawa peringatan...Akulah Rasul..." demikian Guru Samir menghipnotis masyarakat Desa Cimaru dengan khotbah-khotbah yang membakar keimanan agar orang mengakui keberadaan dirinya tersebut.
Ironisnya, ternyata banyak orang yang termakan oleh khotbah-khotbahnya tersebut. Bahkan, sejumlah muridnya yang belajar di Padepokan Mustikakaur di mana Guru Samir adalah pemimpinnya, sudah mengkultuskan Guru Samir sebagai Rasul terakhir yang diturunkan Allah. Orang-orang banyak yang percaya bahwa mencium tangan Guru Samir sama saja mencium Hajar Aswat, batu hitam yang menempel di dinding Ka'bah.
Bahkan, gadis kota, Rianti (Jian Batari) pun juga mempercayainya. Itu terjadi akibat keimanan Rianti goyah setelah melihat kekasihnya Ajie (Alblen Fillindo Fabe) dipeluk oleh perempuan lain. Ajie sendiri adalah seorang musisi yang urakan dengan tubuh dipenuhi tato. Gaya hidup Ajie itulah yang membuat hubungannya dengan Rianti tidak direstui oleh orangtua Rianti.
Akan tetapi, Ajie membuktikan sekaligus membuka mata kedua orangtua Rianti bahwa melihat orang janganlah dari sisi luarnya saja tetapi hatinya. Meskipun urakan, Ajie adalah orang yang mengharamkan aliran sesat sebagaimana yang dilakukan Guru Samir.
Saat diutus kedua orangtua Rianti untuk menjemput Rianti dari padepokan, Ajie melihat beberapa kejanggalan yang dilakukan Guru Samir. Bahkan, Ajie melihat dengan mata kepalanya sendiri Guru Samir yang dipandang sebagai orang suci tersebut, mencabuli seorang gadis murid padepokan di suatu rumah yang disebut sebagai tempat untuk tafakur atau minta petunjuk Allah untuk keselamatan umatnya. Rianti tetap tidak percaya meskipun Reihan (Ihsan Tarore) juga meminta agar Rianti menimba ilmu agama Islam di tempat lain saja. Sementara Reihan adalah anak tiri dari Guru Samir.
Kemunafikan Guru Samir dengan perisai Islam, semakin menjadi-jadi. Dia juga tidak mau lagi mendengar saran-saran dari pendampingnya Ki Baihaqi (Reza Pahlevi). Banyak gadis yang menjadi korban pencabulan Guru Samir.
Suatu ketika, Marni (Fitri Ayu), salah seorang murid padepokan, hamil dan kedua orang tuanya meminta pertanggungjawaban Guru Samir. Dengan akal bulusnya, Guru Samir mengelak dengan menyatakan sebagai orang suci tidak mungkin dia melakukan perbuatan nista dan kotor seperti itu.
Untuk membuktian kesucian dan meyakinan banyak orang bahwa dia tidak melakukan itu, Guru Samir pun menantang orang-orang desa untuk memotong tangannya. Pedang yang diayunkan ayah Marni memutuskan tangan kanan Guru Samir. Tetapi, setelah tubuhnya digotong masuk ke dalam rumah, tiba-tiba Guru Samir keluar dengan tangan kanan yang sudah menyatu lagi. Tidak ada bekas luka sama sekali.
Bukan itu saja, Guru Samir juga menambah keyakinan masyarakat desa bahwa dia adalah Rasul dengan segala kemukjizatan yang diberikan Allah yaitu ketika jasadnya yang hangus terbakar berkhotbah ternyata hidup kembali.
Yang terjadi selanjutnya adalah semakin banyak orang yang ingin menjadi penganut ajaran sesat Guru Samir. Bahkan, Rianti pun juga ingin dipersunting oleh Guru Samir.

lihat filmnya disini


Postingan Terbaru
Copyright © History Waliyullah. All rights reserved.